Sesuai dengan namanya Uhud yang berarti Tunggal, bukit kemerahan ini jika dilihat dari jauh akan tampak terpisah dari jalur perbukitan di Madinah yang umumnya saling sambung menyambung. Tempat yang terletak kurang lebih 5 km dari Madinah ini, selain sebagai tempat yang bersejarah bagi umat islam juga merupakan salah satu tempat yang akan kembali ke surga karena cintanya kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda beliau : Jabal ini mencintai kita dan kita mencintainya (H.R Bukhari Muslim). Tempat ini merupakan salah satu tempat yang sering diziarahi oler Nabi Muhammad SAW, pernah dikisahkan suatu ketika Nabi beserta Abu Bakar, Umar dan Usman mendaki Jabal Uhud yang kemudian tiba-tiba bergetar karena begitu senangnya didaki oelh Rasulullah, kemudian Nabi menyeru kepada Jabal Uhud : Tenanglah wahai Jabal Uhud karena diatasmu terdapat Nabi, Shiddiq dan dua orang yang akan mati Syahid (H.R Bukhari).
Dibawah terik matahari yang begitu menyengat kami turun dari bus menuju ke pelataran bukit uhud yang memerah. Begitu menginjakkan kaki di bumi uhud terbayang apa yang sudah disaksikan oleh bukit uhud beratus-ratus tahun yang lalu, yaitu ‘Perang Uhud’. Perang ini salah satu perang yang cukup penting dalam sejarah islam sekaligus memilukan, dimana karena ulah beberapa sahabat munafik dan sahabat yang tidak taat atas perintah Nabi, umat islam mengalami kekalahan. Perang uhud terjadi pada bulan syawal tahun 3H dimana tentara islam berjumlah 700 orang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir Quraish dipimpin oleh Abu Sufyan dengan jumlah tentara sebanyak 3000 orang. Pada awalnya pasukan muslim berjumlah 1000 orang tapi ditengah perjalanan 300 orang munafik dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul meninggalkan pasukan dan kembali ke Madinah. Untuk mengatasi kekurangan ini Rasulullah menempatkan 50 orang pemanah dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair diatas bukit Ainain yang bertujuan untuk melindungi pasukan muslim dari pasukan Quraish yang memutar dan memukul dari belakang. Pada mulanya tentara muslim dapat memenangkan pertempuran ini tapi karena pasukan pemanah tertarik akan harta rantasan perang, mereka meninggalkan pos masing-masing tanpa memperdulikan perintah Nabi Muhammad SAW, maka pasukan kafir Quraish dibawah pimpinan Khalid bin Walid dapat memukul pasukan muslim dari belakang dan menyebabkan kaum muslim mengalami kekalahan dan menyebabkan 70 orang sahabat mati syahid. Setelah perang usai Rasulullah SAW memerintahkan untuk memakamkan para syuhada tersebut ditempat dimana mereka meninggal, yang diantaranya adalah :
Hamzah bin Abdul Muthallib : Paman sekaligus saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW yang bergelar Asadullah (singa Allah) dan Sayyidus Syuhada ini gugur ditangan Wahsy Al-Habsy sebagai tebusan kebebasannya dari Jubair bin Muth’im. Setelah Hamzah bin Abdul Muthallib gugur, Hindun bin Uthbah yang Ayah dan saudaranya mati ditangan Hamzah bin Abdul Muthallib sewaktu perang Badar membelah perutnya, mengeluarkan hatinya lalu mengunyahnya dan kemudian dimuntahkannya kembali. Ketika Rasulullah menyaksikan jasad tersebut beliau menitikkan airmata dan menarik napas dalam-dalam sambil berucap : ‘Semoga Allah merahmatimu wahai Paman, padahal dulu engkau orang yang menyambung tali silaturrahmi dan banyak melakukan kebajikan’.
Abdullah bin Jahsy : Sepupu Nabi yang pernah menjadi panglima perang pertama umat islam ketika ekspedisi Mekah ini gugur ditangan Abul Hakam Al-Akhnas bin Syariq. Sebelum berangkat perang, Abdullah bin Jahsy berdo’a kepada Allah SWT agar dipertemukan dengan musuh yang bisa menyebabkannya mati syahid lalu musuh tersebut memotong hidung dan telinganya agar bisa dijadikan sebagai bukti dalam membela agama Allah dan Rasul-Nya dan do’a ini terkabul. Abdullah bin Jahsy syahid dalam usia 40 tahun dan dimakamkan satu liang lahat dengan Hamzah bin Abdul Muthallib.
Mus’ab bin Umair : Pemuda yang rela meninggalkan kemewahan keluarganya demi islam ini pernah menjadi duta islam yang pertama, yaitu ke Yastrib untuk mempersiapkan kota tersebut sebagai tempat hijrah Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabat beliau. Mus’ab bin Umair ditugaskan sebagai pembawa bendera pasukan Muslim dan gugur ditangan Ibnu Qami’ah dengan tangan kanan dan kirinya terputus demi mempertahankan bendera tersebut. Ketika akan dimakamkan tidak cukup kain untuk mengkafani Mush’ab bin Umair sehingga jika ditutup kepalanya akan terlihat kakinya dan jika ditutup kakinya akan terlihat kepalanya. Maka Rasulullah SAW menyuruh untuk menutupi kepalanya dengan kain dan kakinya dengan dedaunan.
Hanzalah bin Abu Amir : Sang Mempelai Langit, ketika perang Uhud berlangsung Hanzalah dalam keadaan sebagai pengantin baru. Ketika perang berlangsung Hanzalah berhasil menebas kaki kuda Abu Sufyan sehingga tersungkur, kemudian datang Syidad bin Al-Asawad untuk membantu Abu Sufyan sehingga mereka berhasil membunuh Hanzalah yang dalam perang Badar berhasil membunuh Hanzalah bin Abu Sufyan. Ketika akan dimakamkan istri Hanzalah berkata bahwa ketika berangkat perang, Hanzalah masih dalam keadaan Junub, kemudian Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh aku melihat para Malaikat memandikan jasad Hanzalah bin Abu Amir diantara langit dan bumi dengan air awan didalam piring dari perak”
Amr bin Tsabit : Awalnya adalah salah satu punggawa Kafir Quraish, tapi sesaat sebelum peperangan mendapat hidayah dan berperang di pihak Islam sampai gugur. Amr bin Tsabit dikenal sebagai ahli surga yang belum pernah mendirikan sholat sekalipun.
Begitu kami sampai didepan makam uhud, Mas Bahar sebagai pemandu memimpin kami mendo’akan para syuhada’ uhud khususnya Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib. Di area makam yang dikelilingi oleh pagar tersebut hanya ada dua Nisan yaitu Nisan Hamzah bin Abdul Muthallib dan Nisan Mush’ab bin Umair. Diceritakan bahwa area pemakaman uhud pernah dilanda banjir besar yang menyebabkan jasad syuhada’ uhud muncul hingga ke permukaan. Atas kekuasaan Allah SWT, semua jasad Syuhada uhud tersebut tetap utuh seperti sediakala dan mengeluarkan bau wangi kasturi bahkan masih mengeluarkan darah. Setelah diidentifikasi hanya ada dua jasad yang dikenali yaitu jasad Hamzah bin Abdul Muthallib dari perut yang terbelah dan Mush’ab bin Umair dari tangan yang terpotong, maka dua jasad itulah yang diberi Nisan sampai sekarang. Setelah berdo’a saya sempatkan naik ke bukit Ainain untuk mengamati daerah uhud dari puncak bukit tersebut dan tak lupa juga untuk mengambil beberapa foto. Setelah cukup berziarah di jabal Uhud kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan kami selanjutnya yaitu Percetakan Al-Qur’anul Karim.