Ihram berasal dari kata “Al-haram” yang bermakna terlarang. Sedangkan pengertian Ihram sendiri adalah dimulainya niat untuk melaksanakan Ibadah Umrah / Haji dari Miqot tertentu dan dengan itu jatuh beberapa larangan tertentu sampai selesainya rangkaian Ibadah Umrah/Haji.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menggunakan Ihram yang berwarna putih, sebagaimana sabda beliau : "Pakaiah pakaian kalian yang berwarna putih, itulah pakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannya mayat-mayat kalian" (HR. Tirmidzi)
Pakaian Ihram :
• Untuk lelaki : Dua kain yang dijadikan sarung dan selendang
• Perempuan : Pakaian apa saja yang menutup aurat tanpa ada
hiasannya dan tidak memakai cadar atau sarung tangan
Penggunaan Ihram bagi Laki-Laki :
• Di waktu Shalat : Selendang diselempangkan menutup pundak sebelah kanan
• Di waktu Thawaf : Selendang diselempangkan dibawah ketiak sebelah kanan sehingga pundak sebelah kanan terlihat. Berdasarkan riwayat, Nabi Muhammad SAW memerintahkan hal ini karena sewaktu kaum muslimin akan berthawaf sebelum Fathu Makkah, berhembus kabar bahwa kaum muslimin membawa wabah penyakit, sehingga beliau memerintahkan untuk memperlihatan pundak sewaktu berthawaf untuk menunjukkan bahwa kaum muslimin bebas dari penyakit.
Sunnah Ihram :
• Membersihkan diri dengan menggunting kuku tangan dan kaki
• Mencukur bulu bada, kumis dan jenggot
• Mandi Janabah
• Berpakaian Ihram
• Sholat sunnah 2 Raka’at
LARANGAN-LARANGAN IHRAM :
• Bagi Laki-Laki
- Berpakaian yang berjahit
- Memakai sepatu yang menutup mata kaki
- Menutup kepala yang sifatnya melekat
• Bagi Perempuan
- Menutup telapak tangan
- Menutup muka
• Bagi Laki-Laki & Perempuan
- Memakai wangi-wangian (kecuali sebelum ber-Ihram)
- Memotong kuku dan mencukur rambut
- Memburu binatang
- Merusak pepohonan
- Meminang, menikah atau menikahkan dan bersaksi
- Berhubungan dengan istri
- Mencaci, bertengkar dan mengucapkan kata-kata kotor
Seusai menjelaskan tentang Umrah termasuk diantaranya tentang IHRAM, kamipun melanjutkan membaca Talbiyah disepanjang perjalanan. Tiada terasa kembali air mata meleleh membasahi pipi sebagai ungkapan rasa syukur dimana saat ini saya sudah menjadi tamu Allah SWT. Di Sepanjang perjalanan kami melewati padang pasir, terbesit bagaimana dahulu susahnya Nabi Muhammad SAW beserta sahabat terdekatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq menjalani Hijrah dari Mekah ke Madinah. Didalam bis yang ber-AC saja, panas padang pasir masih terasa, bagaimana dengan Nabi Muhammad SAW dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yang hanya berkendaraan unta ?. "Shalallahu 'Ala Muhammad" hanya itu yang bisa saya ucapkan dalam hati sebagai ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga atas pengorabanan beliau dalam menyebarkan Syari'at Islam. Secara tidak langsung Perjalanan dari Madinah ke Mekkah ini merupakan napak tilas Hijrah beliau 1431 tahun yang lalu. Kembali terbanyang bagaimana proses hijrah beliau yang penuh rintangan mulai dari kejaran Suroqoh, sembunyi di gua Tsur, mendirikan Masjid di Quba' hingga Alhamdulillah sampai ke Madihah dan tinggal di rumah salah satu sahabat yaitu Abu Ayyub Al-Anshari.
Setelah hampir dua jam perjalanan sebagian besar jama'ah termasuk saya tidur untuk mempersiapkan diri pelaksanaan rangkaian Ibadah Umrah setibanya di Makkatul Mukarromah.