Kami tiba di Masjid Dzulhulaifah atau yang lebih dikenal dengan nama BIR ALI, setelah kurang lebih 30 menit perjalanan dari Madinah. Nama Bir Ali sendiri diambil dari kata Bi’r yang berarti sumur dan Ali yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus Khulafaur Rasyidin yang ke-empat yaitu Ali bin Abi Thalib. Ada berbagai cerita kenapa tempat tersebut disebut dengan Bir Ali yang diantaranya berasal dari kaum Syi’ah Rafidhah, bahwa dahulu Ali bin Abi Thalib pernah bertarung dengan jin dan memasukkannya kedalam sumur tersebut, sehingga tempat tersebut disebut dengan Bir Ali. Tapi keberadaan sumur tersebut kini sudah tidak ada lagi digantikan dengan sebuah Masjid megah dengan pelataran yang cukup luas.
Dzulhulaifah / Bir Ali adalah salah satu Miqot Makani bagi Jamaah Umrah / Haji untuk penduduk atau Jamaah yang berasal dari Madinah, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas :
Bahwa Rasulullah SAW menentukan miqat bagi penduduk Madinah di Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Najd di Qarnul Manazil, bagi penduduk Yaman di Yalamlam, dan beliau berkata : "Tempat-tempat miqat ini bagi masing-masing penduduk tersebut dan bagi orang-orang yang melewatinya dari selain penduduknya, yaitu bagi orang yang haji dan umrah. Barangsiapa yang lebih dekat (ke Mekkah) dari tempat-tempat (miqat) tersebut maka (miqatnya) dari mana dia berada, hingga bagi penduduk Mekkah (maka miqatnya) dari Mekkah"
(HR. Bukhari Muslim)
Dengan berpakaian Ihram saya turun dari bis dan menuju ke tempat wudlu. Sesampainya di tempat tersebut saya berjumpa dengan petugas kebersihan masjid yang berasal dari Indonesia, dengan logat sundanya petugas tersebut bercerita tentang pengalamannya selama menjadi petugas kebersihan di Masjid Dzulhulaifah. Setelah berbincang-bincang saya mengambil air wudlu dan menuju Masjid untuk Sholat Tahiyatul Masjid dan dilanjutkan dengan Sholat Sunat Ihrom yang masing-masing dua raka’at. Setelah itu kami menuju bis untuk melanjutkan perjalanan menuju Mekkah. Begitu semua sudah masuk di bis dan duduk di tempat masing-masing, Mas Bahar selaku pembimbing, memimpin kami untuk bersama-sama mengambil niat Umrah.
“Labbaik Allahu ‘Umrotan" (Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah untuk Umrah)
Begitu lafadz niat yang diucapkan Mas Bahar, yang kemudian ditirukan olah seluruh jama’ah dalam bis. Begitu lafadz tersebut sudah terucap, maka sudah dimulai rangkaian ibadah Umrah dan sudah berlaku larangan-larangan Ihram.
Setelah semua mengucapkan niat, maka bis kembali berangkat menuju ke Mekkah. Sebagaimana disunatkan dalam Ibadah Umrah, dalam perjalanan ke Mekkah Jama’ah mengumandangkan Talbiyah secara bersama-sama :
“Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik, Innal-Hamda Wan-Ni’mata Laka Wal Mulk Laa Syarikalak”
“Aku penuhi panggilaan-Mu, Ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji dan kebesaran adalah untuk-Mu, segenap kerajaan untuk-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu”
Ditengah perjalanan, Mas Bahar menghentikan sebentar kumandang Talbiyah Jama’ah, untuk kembali menerangkan tentang rangkaian Ibadah Umrah yang akan segera dilaksanakan bersama-sama dan termasuk didalamnya tentang Ihram dan larangan-larangannya