Saturday, December 3, 2011

MASJIDIL HARAM

Untuk pertama kalinya saya mendengar merdu suara adzan dari Masjidil Haram menandakan waktu maghrib telah tiba. Dalam keadaan berihram, kami menuju ke restroom yang berada di lantai dasar untuk berbuka bersama, dan sebagaimana di Madinah kami-pun disuguhi menu-menu khas Indonesia. Alhamdulillah… setelah selesai berbuka kami bersama-sama menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan Thawaf, Sa’i dan Tahallul. Begitu tiba di pelataran Masjidil Haram yang waktu itu sedang persiapan Sholat Tarawih, dalam hati saya berkata “Masya Allah” begitu mengagumkannya Masjid tersuci bagi umat muslim ini.

Masjid yang dibangun mengelilingi Ka’bah ini, saat ini setidaknya memiliki luas kurang lebih 500.000 m2 dengan 3 lantai, 9 menara dan 95 pintu yang mampu menampung setidaknya 1 juta jama’ah. Dari 9 menara tersebut, 8 menara diantaranya secara berpasangan menandai 4 pintu utama (Babul Malik Abdul Aziz No. 1, Babul Fath No. 45, Babul Umrah, dan Babul Malik Fahd No. 79) dan 1 menara menandai Babul Masa’i yang menuju ke bukit safa sebagai awal permulaan sa’i. Berdasar sejarah yang pertama kali membangun Masjidil Haram adalah Nabi Ibrahim bersama putranya Nabi Ismail sewaktu membangun kembali Ka’bah sebagai tempat beribadah. Kemudian pada masa Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 638 M didirikan dinding dan pintu secara permanen disekeliling Masjidil Haram, yang kemudian diperbanyak seiring perluasan Masjidil Haram dari masa ke masa hingga saat ini yang dilakukan oleh Raja Abdullah.

Masjidil Haram mempunyai beberapa keutamaan, yaitu :

• Dengan adanya Ka’bah didalamnya, membuat Masjidil Haram menjadi masjid tertua yang menjadi Kiblat bagi umat muslim didunia sebagai mana firman Allah SWT : “Maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya” (QS. Al-Baqoroh:150). Hal ini juga yang membuat shaf di Masjidil Haram melingkar.

“Dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali lipat dibandingkan shalat di masjid yang lain”. (HR. Ibnu Majah ). Jumlah ini sama dengan waktu 55 tahun 6 bulan dan 20 hari.

• Terjaga kesuciannya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "Sesungguhnya Masjidil Haram adalah tempat suci diantara tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang berhadap-hadapan" (Akhbar Makkah 'an Mujahid, Sya'b al-Imam li al-Baihaqi)

• Terdapat tempat-tempat Mustajabah di sekitar Ka’bah yaitu : Hajar Aswad, Multazam, Maqom Ibrahim dan Hijir Isma’il

• Adanya Sumur Zam-zam yang penuh berkah

Dengan dipandu Mas Bahar kami bermusyawarah untuk membentuk barisan dan diputuskan bahwa perempuan ditengah dan diapit oleh jama’ah laki-laki, dan saya dipasrahi oleh Keluarga Wijaya untuk menjaga anaknya RAMA WIJAYA selama Thawaf, Sa’i dan Tahallul kali ini. Selanjutnya kami masuk ke Masjidil Haram melalui pintu utama yang No. 1 yaitu Babul Malik Abdul Azis. Sesaat setelah masuk Masjidil Haram kami berhenti sebentar untuk memanjatkan do'a memasuki Masjidil Haram. Tiada henti ucapan Tahmid sebagai ungkapan rasa syukur begitu melihat “Baitul Atiq” untuk yang pertama kalinya. Begitu kami sampai dipelataran Ka’bah yang waktu itu agak menyempit karena sisi luarnya digunakan untuk Sholat Jama’ah Tarawih, kami mencari tempat agak longgar untuk memanjatkan do'a sambil menghadap Ka'bah, kemudian kamipun berjalan menuju garis Hajar Aswad untuk memulai Thawaf.

Selengkapnya...

Sunday, August 28, 2011

MAKKATUL MUKARROMAH

Menjelang waktu Ashar semua jama’ah bangun dari tidur dan kembali mengumandangkan Talbiyah. Begitu memasuki tapal batas kota Makkah, bis diperiksa oleh polisi setempat untuk memastikan bahwa yang memasuki kota Suci ini benar-benar seorang muslim, hal ini untuk memastikan agar Tanah Haram bebas dari Musyrikin, sebagaimana firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini” (QS. At-Taubah :28). Sesaat kemudian bis tiba di depan hotel Rawabi Buston dimana tempat kami menginap selama di Mekkah. Sebelum turun kami berdiskusi dan memutuskan untuk istirahat dulu di hotel dan melakukan Umrah setelah berbuka serta kembali kami diingatkan agar tidak melakukan larangan-larangan Ihram selam di hotel.

Makkatul Mukarromah adalah kota suci paling utama bagi umat muslim, hal ini dikarenakan adanya Masjidil Haram dengan Baitullah didalamnya yang merupakan Kiblat bagi seluruh umat Muslim di dunia. Berdasar riwayat, tanah Makkah adalah tanah yang pertama kali muncul dari air selepas penciptan bumi daripada tanah-tanah yang lain. Dikisahkan bahwa, atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail ke lembah Bakkah dan disaat akan meninggalkan keduanya, Nabi Ibrahim berdo’a sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an :

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman didekat rumah-Mu (Baitullah) yang dimuliakan, Ya Tuhan kami (hal ini) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian menusia cenderung kepada mereka dan berilah rezki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim:37).

Karena do’a tersebutlah, Mekkah yang semula hanya dihuni oleh Siti Hajar dan Ismail, kemudian diberkahi yang diantaranya dengan adanya Baitullah dan Zam-zam, kemudian didatangi oleh suku-suku lainnya untuk bertempat tinggal yang diantaranya Suku Amaliqoh, Suku Jurhum, Suku Khuza’ah hingga suku Quraisy pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Makkah memiliki banyak sebutan dan setidaknya ada 4 gelar yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu :
Makkah tercantum dalam QS. Al-Fath ayat 24
Ummul Qura’ tercantum dalam QS. Al-An’am ayat 92
Bakkah tercantum dalam QS. Ali Imran ayat 96
Al-Balad tercantum dalam QS. Al-Balad ayat 1 dan At-Tiin ayat 3

Sebagai kota suci dan mulia Mekkah memililki batas-batas tanah haram yang telah ditentukan oleh Nabi Ibrahim atas petunjuk Jibril, kemudian diperbaharui oleh Rasulullah saw pada waktu Fathu Makkah tahun 8H dan seterusnya diperbaharui lagi oleh Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan pemimpin-pemimpin Islam lainnya yang kemudian ditentukan sebagai Miqot Makani bagi Jama’ah Haji dan Umrah yang diantaranya adalah Dzuhulaifah, Juhfah, Qornul Manazil, Yalamlam dan Tan’im. Karena Mekkah sebagai kota suci, maka Allah memberikan jaminan keamanan bagi siapa saja yang memasukinya sebagaimana firman-Nya : ”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia” (QS. Ali Imran : 97). Yang dimaksudkan dengan aman disini bukan aman bagi manusia saja, tapi juga bagi binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup disana, oleh karenanya Allah melarang untuk membunuh atau mengusir hewan dan memotong pepohonan yang ada disana sebagaimana yang ada dalam larangan-larangan Ihram.

Setibanya di lobi hotel, kami menunggu sebentar kemudian diberi kunci masing-masing kamar, kembali saya sekamar dengan Pak Ridwan dan Mas Bahar yang kali ini berada di lantai 15. Sesampainya dikamar saya melihat-lihat keluar jendela dan MasyaAllah dari kejauhan tampak menara Masjidil Haram yang sangat mengagumkan dan tepat disebelah hotel saya adalah jam raksasa waktu Istiwa’ yang rencananya akan dijadikan patokan waktu dunia sebagaimana waktu GMT. Setelah tas koper dihantarkan ke kamar, saya merebahkan badan sebentar sambil menunggu waktu berbuka yang kemudian dilanjutkan dengan Rangkaian ibadah Umrah, Alhamdulillah Rabb Al-'Alamiin . . .
Selengkapnya...

IHRAM

Ihram berasal dari kata “Al-haram” yang bermakna terlarang. Sedangkan pengertian Ihram sendiri adalah dimulainya niat untuk melaksanakan Ibadah Umrah / Haji dari Miqot tertentu dan dengan itu jatuh beberapa larangan tertentu sampai selesainya rangkaian Ibadah Umrah/Haji.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menggunakan Ihram yang berwarna putih, sebagaimana sabda beliau : "Pakaiah pakaian kalian yang berwarna putih, itulah pakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannya mayat-mayat kalian" (HR. Tirmidzi)

Pakaian Ihram :

Untuk lelaki : Dua kain yang dijadikan sarung dan selendang
Perempuan : Pakaian apa saja yang menutup aurat tanpa ada
hiasannya dan tidak memakai cadar atau sarung tangan

Penggunaan Ihram bagi Laki-Laki :

Di waktu Shalat : Selendang diselempangkan menutup pundak sebelah kanan
Di waktu Thawaf : Selendang diselempangkan dibawah ketiak sebelah kanan sehingga pundak sebelah kanan terlihat. Berdasarkan riwayat, Nabi Muhammad SAW memerintahkan hal ini karena sewaktu kaum muslimin akan berthawaf sebelum Fathu Makkah, berhembus kabar bahwa kaum muslimin membawa wabah penyakit, sehingga beliau memerintahkan untuk memperlihatan pundak sewaktu berthawaf untuk menunjukkan bahwa kaum muslimin bebas dari penyakit.

Sunnah Ihram :
• Membersihkan diri dengan menggunting kuku tangan dan kaki
• Mencukur bulu bada, kumis dan jenggot
• Mandi Janabah
• Berpakaian Ihram
• Sholat sunnah 2 Raka’at


LARANGAN-LARANGAN IHRAM :

Bagi Laki-Laki
- Berpakaian yang berjahit
- Memakai sepatu yang menutup mata kaki
- Menutup kepala yang sifatnya melekat

Bagi Perempuan
- Menutup telapak tangan
- Menutup muka

Bagi Laki-Laki & Perempuan
- Memakai wangi-wangian (kecuali sebelum ber-Ihram)
- Memotong kuku dan mencukur rambut
- Memburu binatang
- Merusak pepohonan
- Meminang, menikah atau menikahkan dan bersaksi
- Berhubungan dengan istri
- Mencaci, bertengkar dan mengucapkan kata-kata kotor

Seusai menjelaskan tentang Umrah termasuk diantaranya tentang IHRAM, kamipun melanjutkan membaca Talbiyah disepanjang perjalanan. Tiada terasa kembali air mata meleleh membasahi pipi sebagai ungkapan rasa syukur dimana saat ini saya sudah menjadi tamu Allah SWT. Di Sepanjang perjalanan kami melewati padang pasir, terbesit bagaimana dahulu susahnya Nabi Muhammad SAW beserta sahabat terdekatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq menjalani Hijrah dari Mekah ke Madinah. Didalam bis yang ber-AC saja, panas padang pasir masih terasa, bagaimana dengan Nabi Muhammad SAW dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yang hanya berkendaraan unta ?. "Shalallahu 'Ala Muhammad" hanya itu yang bisa saya ucapkan dalam hati sebagai ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga atas pengorabanan beliau dalam menyebarkan Syari'at Islam. Secara tidak langsung Perjalanan dari Madinah ke Mekkah ini merupakan napak tilas Hijrah beliau 1431 tahun yang lalu. Kembali terbanyang bagaimana proses hijrah beliau yang penuh rintangan mulai dari kejaran Suroqoh, sembunyi di gua Tsur, mendirikan Masjid di Quba' hingga Alhamdulillah sampai ke Madihah dan tinggal di rumah salah satu sahabat yaitu Abu Ayyub Al-Anshari.

Setelah hampir dua jam perjalanan sebagian besar jama'ah termasuk saya tidur untuk mempersiapkan diri pelaksanaan rangkaian Ibadah Umrah setibanya di Makkatul Mukarromah.
Selengkapnya...

Saturday, August 27, 2011

UMRAH

Mas Bahar mulai menjelaskan tentang semua hal yang berkenaan dengan Umrah. Umrah adalah menyengaja berkunjung ke Baitullah di Makkah karena Allah dengan melakukan rangkaian ibadah tertentu dan menjauhi larangan tertentu serta miqot tertentu. Perintah Umrah disebutkan dalam Al-Qur'an sebagaimana Firmah Allah SWT : “Dan sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umrah karena Allah” (QS. Al-Baqarah : 196). Selain itu Nabi Muhammad SAW juga bersabda : "Ikutilah antara Haji dan Umrah, karena keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana alat pandai besi menghilangkan kotaran pada besi, emas dan perak" (HR. Tarmidzi)

Dalam sejarah disebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan umrah sebanyak 4 kali yaitu :
• Umrah pada perjanjian Hudaibiyah pada bulan Dzulqo'dah tahun 6 H
• Umrah pada tahun berikutnya (masa damai) pada bulan Dzulqo'dah tahun 7 H
• Umrah Ji'ronah (seusai perang Hunain) pada bulan Dzulqo'dah tahun 8 H
• Umrah saat bersamaan dengan Haji Wada' pada bulan Dzulhijjah 10 H

FILOSOFI DAN FADHILAH UMRAH

Filosofi Umrah :
• Sebagai momentum untuk memulai kehidupan yang lebih bermakna dimata Allah SWT
• Sebagai salah satu cara mensyukuri ni’mat Allah SWT
• Sebagai ukuran kadar ke-Ikhlasan dalam berkurban di jalan Allah SWT
• Sebagai symbol keta’atan kepada Allah SWT
• Sebagai miniature persiapan menuju kematian dan kehidupan ahirat

Fadhilah Umrah :
• Barang siapa berhaji atau berumrah lalu meninggal, niscaya baginya pahala orang haji yang berumrah sampai hari kiamat (HR. Baihaqi)
• Orang yang melaksanakan haji dan umrah adalah tamu Allah, dan permohonan mereka dikabulkan (HR. Baihaqi)
• Umrah pertama ke Umrah berikutnya sebagai kafarat (penghapus dosa) diantaranya (HR. Sittah)
• Bagi wanita adalah jihad yang tidak ada peperangan padanya (yaitu) haji dan umrah (Al-Albani / Shahiihut Targhiib 1099)
• Umrah dalam Ramadhan adalah seperti Haji bersamaku (HR. Bukhari Muslim


HUKUM-HUKUM UMRAH

Syarat Umrah : Islam, Baligh, Berakal, Merdeka dan Istitha’ah

Rukun Umrah
( Amalan yang jika tidak dikerjakan maka Umrahnya tidak sah, dan harus diulangi dari awal ) :
• Ihram ( Niat umrah dan dimulainya larangan-larangan Ihram )
• Thawaf ( Mengelilingi Ka’bah 7 kali )
• Sa’I ( Berjalan diantara Shafa dan Marwah 7 kali )
• Tahallul (Mencukur rambut / dihalalkannya kembali larangan larangan Ihram )
• Tertib ( Dikerjakan denga berurutan )

Wajib Umrah
( Amalan yang jika tidak dikerjakan Umrahnya tetap sah tapi harus membayar DAM ) :
• Ihram dari Miqot
• Menjauhi larangan - larangan Ihram

Miqot Umrah
( Batas memulai niat Umrah ):
Miqot Zamani (Ketentuan waktu dalam berniat)
- Sepanjang tahun diperbolehkan melaksanakan Ibadah Umrah
Miqot Makani (Ketentuan tempat dalam berniat )
- Dzulhulaifah bagi jama’ah dari Madinah dan yang sejajar
- Juhfah bagi jama’ah dari Syam dan yang sejajar
- Qarnul Manazil bagi jama’ah Najed dan yang sejajar
- Yalamlam bagi jama’ah dari Yaman dan yang sejajar
- Mekkah bagi jama’ah yang tinggal di Mekkah

Disela-sela Mas Bahar menjelaskan tentang Umrah, sesekali diantara Jama'ah ada yang mengajukan pertanyaan. Setelah selesai penjelasan tentang Umrah dan tidak ada pertanyaan dari jama'ah, Mas Bahar melanjutkan penjelasannya tentang IHRAM yang termasuk salah satu dari Rukun Umrah

Selengkapnya...

"LABBAIK ALLAHU 'UMROTAN"

Kami tiba di Masjid Dzulhulaifah atau yang lebih dikenal dengan nama BIR ALI, setelah kurang lebih 30 menit perjalanan dari Madinah. Nama Bir Ali sendiri diambil dari kata Bi’r yang berarti sumur dan Ali yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus Khulafaur Rasyidin yang ke-empat yaitu Ali bin Abi Thalib. Ada berbagai cerita kenapa tempat tersebut disebut dengan Bir Ali yang diantaranya berasal dari kaum Syi’ah Rafidhah, bahwa dahulu Ali bin Abi Thalib pernah bertarung dengan jin dan memasukkannya kedalam sumur tersebut, sehingga tempat tersebut disebut dengan Bir Ali. Tapi keberadaan sumur tersebut kini sudah tidak ada lagi digantikan dengan sebuah Masjid megah dengan pelataran yang cukup luas.

Dzulhulaifah / Bir Ali adalah salah satu Miqot Makani bagi Jamaah Umrah / Haji untuk penduduk atau Jamaah yang berasal dari Madinah, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas :

Bahwa Rasulullah SAW menentukan miqat bagi penduduk Madinah di Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Najd di Qarnul Manazil, bagi penduduk Yaman di Yalamlam, dan beliau berkata : "Tempat-tempat miqat ini bagi masing-masing penduduk tersebut dan bagi orang-orang yang melewatinya dari selain penduduknya, yaitu bagi orang yang haji dan umrah. Barangsiapa yang lebih dekat (ke Mekkah) dari tempat-tempat (miqat) tersebut maka (miqatnya) dari mana dia berada, hingga bagi penduduk Mekkah (maka miqatnya) dari Mekkah"
(HR. Bukhari Muslim)

Dengan berpakaian Ihram saya turun dari bis dan menuju ke tempat wudlu. Sesampainya di tempat tersebut saya berjumpa dengan petugas kebersihan masjid yang berasal dari Indonesia, dengan logat sundanya petugas tersebut bercerita tentang pengalamannya selama menjadi petugas kebersihan di Masjid Dzulhulaifah. Setelah berbincang-bincang saya mengambil air wudlu dan menuju Masjid untuk Sholat Tahiyatul Masjid dan dilanjutkan dengan Sholat Sunat Ihrom yang masing-masing dua raka’at. Setelah itu kami menuju bis untuk melanjutkan perjalanan menuju Mekkah. Begitu semua sudah masuk di bis dan duduk di tempat masing-masing, Mas Bahar selaku pembimbing, memimpin kami untuk bersama-sama mengambil niat Umrah.

“Labbaik Allahu ‘Umrotan" (Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah untuk Umrah)

Begitu lafadz niat yang diucapkan Mas Bahar, yang kemudian ditirukan olah seluruh jama’ah dalam bis. Begitu lafadz tersebut sudah terucap, maka sudah dimulai rangkaian ibadah Umrah dan sudah berlaku larangan-larangan Ihram.

Setelah semua mengucapkan niat, maka bis kembali berangkat menuju ke Mekkah. Sebagaimana disunatkan dalam Ibadah Umrah, dalam perjalanan ke Mekkah Jama’ah mengumandangkan Talbiyah secara bersama-sama :

“Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik, Innal-Hamda Wan-Ni’mata Laka Wal Mulk Laa Syarikalak”

“Aku penuhi panggilaan-Mu, Ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji dan kebesaran adalah untuk-Mu, segenap kerajaan untuk-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu”

Ditengah perjalanan, Mas Bahar menghentikan sebentar kumandang Talbiyah Jama’ah, untuk kembali menerangkan tentang rangkaian Ibadah Umrah yang akan segera dilaksanakan bersama-sama dan termasuk didalamnya tentang Ihram dan larangan-larangannya

Selengkapnya...

Monday, June 20, 2011

‘SHALLALLAHU ‘ALA MUHAMMAD’

Sehabis bangun tidur beberapa saat setelah Sholat Tarawih & Witir berjama’ah di Masjid Nabawi, saya bermaksud untuk melaksanakan keinginan yang sudah diniatkan sejak awal, yaitu membaca shalawat secara khusus kepada Nabi Muhammad SAW di dekat makam beliau. Hal ini saya wujudkan sebagai rasa syukur yang tiada terkira karena bisa mengucapkan Shalawat secara langsung kepada beliau dimana jika selama ini selalu dilakukan dengan jarak jauh yaitu dari kampung halaman di Indonesia.

Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada kaum Mukminin, sebagaimana firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam kepadanya dengan sebenar-benarnya” (Q.S Al-Ahzab : 56)

Makna Shalawat Allah SWT kepada Nabi-Nya dalam surat tersebut adalah pujian dan pengagungan-Nya kepada beliau, sedangkan makna Shalawat para Malaikat dan selaian Malaikat kepada beliau adalah permohonan pujian dan kemuliaan dari Allah Ta’ala untuk beliau.

Beberapa Fadhilah Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW berdasar hadist-hadist beliau adalah :
* Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, mengangkat derajatnya sepuluh kali, mencatat baginya sepuluh kebaikan dan menghapus darinya sepuluh keburukan
(HR. Ahmad)
* Sesungguhnya orang yang paling utama bersamaku pada hari Qiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku
(Shahih Ibnu Hibban / Shahiihut Targhiib II/294)
* Tidaklah seorang hamba bershalawat kepadak, melainkan para Malaikat senantiasa bershalawat untuknya sebanyak shalawatnya itu kepadaku
(HR. Ibnu Majah)
* Maka barang siapa yang memohon al-wasilah untukku, niscaya akan halal baginya syafaatku (HR. Muslim)
* Dimanapun kalian berada, bershalawatlah kepadaku karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku
(At-Targhiib Al-Mundziri / Shahiihut Targhiib II/293)
* Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang senantiasa berkeliling menyampaikan kepadaku ucapan salam dari umatku
(Shahih Ibnu Hibban / Shahiihut Targhiib II/292)
* Perbanyaklah membaca Shalawat kepadaku di hari Jum’at karena sesungguhnya shalawat umatku diperlihatkan kepadaku pada setiap hari jum’at (HR. Al-Baihaqi)
* Seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : ‘Bagaimana pandanganmu jika aku jadikan do’aku seluruhnya untuk bershalawat kepadamu?, Beliau bersabda : Kalau begitu, Allah akan mencukupi apa yang engkau inginkan dari urusan dunia dan akhiratmu
(Abu ‘Ashim / Shahiihut Targhiib II/295-296)
* Apabila salah seorang diantara kamu sholat, hendaklah ia mengawalinya dengan memuji dan menyanjung Allah kemudian bershalawatlah kepada Nabi Muhammad SAW, lalu berdo’alah sesudah itu dengan do’a apa saja yang dikehendakinya (HR. At-Tarmidzi)

Sedangkan kerugian bagi orang yang tidak mau bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah :
* Terhinalah orang yang aku disebutkan padanya, namun dia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. At-Tarmidzi)
* Tidaklah suatu kaum duduk disuatu majelis, mereka tidak menyebut nama Allah padanya dan tidak pula mengucapkan Shalawat kepada Nabi mereka, melainkan majelis itu merupakan kesedihan, duka cita dan penyesalan
(HR. At-Tarmidzi)
* Orang yang kikir adalah orang yang ketika aku disebutkan padanya, namun dia tidak bershalawat kepadaku (HR. At-Tarmidzi)
* Barangsiapa yang aku disebut padanya lalu dia lupa mengucapkan shalawat kepadaku, maka dia telah menyimpang dari jalan menuju Surga
(HR. Ibnu Majah)

Kapankah kita membaca Shalawat ?
Telah disyari’atkan kepada kita untuk bershalawat kepada beliau pada saat-saat berikut :
* Ketika duduk Tasyahhud dalam Shalat
* Setelah takbir kedua dalam Shalat Janazah
* Setelah menjawab Adzan
* Ketika masuk dan keluar dari Masjid
* Ketika berada di bukit Shafa dan Marwah
* Sebelum berpisah dalam suatu pertemuan
* Ketika nama Nabi Muhammad SAW disebutkan
* Memperbanyak ketika hari jum’at dan malam jum’at
* Dalam keadaan susah, cemas, sulit dan terjepit
* Ketika berdo’a dan memohon ampunan

Ada berbagai macam Shalawat yang begitu popular dikalangan masyarakat yang diantaranya adalah :
Shalawat Ibrahimiyah, Shalawat Nariyah, Shalawat Munjiyat, Shalawat Fatih, Shalawat Thibbul Qulub, Shalawat Haji dan yang begitu terkenal dikalangan Pesantren yaitu Shalawat Badar karya Kyai Ali Mansur dari Banyuwangi

Selain itu terdapat juga berbagai Syi’iran Maulid (pembacaan sejarah hidup, shalawat dan pepujian terhadap Nabi Muhammad SAW) yang diantaranya adalah :
* Sya’ir Burdah, yang digubah oleh Muhammad ibnu Sa’id Al-Busyiri
* Sya’ir Maulid karya Muhammad Al-‘Azb
* Qasidah Diba’iyah karya Abdur Rahman ibnu Ad-Diba’I Asy-Syaibaani
* Qasidah Al-Barzanji ciptaan Ja’far ibnu Hasan Al-Barzanji
* Qasidah Syaraf Al-Anam karya Ahmad ibnu Al-Qasim Al-Hariri

Sesudah bangun tidur, saya menuju Masjid Nabawi dengan mengambil wudlu terlebih dahulu. Setelah itu menuju Raudloh untuk sholat Tahajjud dilanjutkan dengan ziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW dan keluar melalui pintu Baqi’. Begitu sampai diluar saya masuk kembali ke Masjid Nabawi melalui pintu Jibril dan mencari tempat tepat di belakang makam Nabi Muhammad SAW yang biasa disebut dengan Mimbar Tahajjud. Setelah duduk dengan tenang saya mulai membaca tahlil yang dikhususkan kepada Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khottob. Begitu sampai pada bagian membaca Shalawat tiada terasa air mata dengan begitu deras mengucur seakan tiada henti. Dimana itulah pengalaman pertama dimana saya bisa menangis dengan begitu terharunya. Dan belum pernah juga selama hidup saya menangis sebagaimana pada tangisan pada waktu itu. Dalam tangisan tersebut terbayang bagaimana bersyukurnya saya, sehingga bisa berdekatan dengan Makam Nabi Muhammad SAW untuk mengucapkan Shalawat dan Salam secara langsung, dan terbesit harapan semoga saya termasuk salah satu umat beliau yang terkasihi dan akan mendapat syafa’at beliau nanti dihari kiamat sehingga bisa bersama-sama dengan Beliau di akhirat nanti, Amien. Lama saya bisa menghentikan tangisan tersebut, dan Tahlil pun selesai.

Setelah jam menunjukkan waktu sahur, saya kembali ke hotel untuk sahur bersama-sama dengan jama’ah lain. Seusai sahur saya kembali ke Masjid Nabawi, begitu sampai pelataran Masjid Nabawi saya diberi semacam makanan lumpia penuh daging oleh salah satu jama’ah yang tidak saya kenal. Sesampainya didalam Masjid saya membaca Al-Qur’an sampai waktu subuh tiba. Begitu adzan subuh terdengar, saya lanjutkan dengan Sholat Fajar, Sholat Subuh berjama’ah dan kembali melanjutkan membaca Al-Qur’an. Setelah sampai pada Juz 14, saya menghentikan bacaan dan saya niatkan untuk melanjutkan dan menghatamkannya nanti di Masjidil Haram. Dalam perjalanan pulang ke Hotel kembali air mata mengalir, karena begitu cepat harus berpisah dengan Masjid Nabawi, dimana Masjid yang sudah memberikan pengalaman yang tak akan terlupakan selama hidup. Begitu sampai di hotel saya mandi Janabah dan memakai Ihram untuk mempersiapkan diri perjalanan ke Makkatul Mukarromah untuk pelaksanaan Ibadah Umrah . Setelah semua berpakaian ihram dan berkumpul di lobi, kami check out dari hotel menuju Makkatul Mukkaromah dengan singgah dahulu di Dzulhulaifah untuk bermiqot disana.
Selengkapnya...

Wednesday, February 9, 2011

PERCETAKAN AL-QUR'AN

Pada awalnya kunjungan ke Percetakan Al-Qur’an tidak termasuk pada agenda ziarah luar yang disediakan oleh travel, tapi atas saran Mas Bahar selaku guide dan dengan menambah 15 Real per jama’ah sebagai uang bensin dan tambahan untuk Pak Sopir kami jadi berkunjung ke Percetakan ini. Percetakan yang berjarak 10 km dari Kota Madinah dan berseberangan dengan salah satu Istana Kerajaan Saud ini merupakan Percetakan Mushaf Al-Qur’an yang terbesar di dunia yang didirikan tahun 1405 H / 1984 M dan diresmikan oleh Raja Fahd. Sekitar pukul 09:30 KSA kami tiba di percetakan ini, tapi kami harus bersabar menunggu diluar karena aktivitas di percetakan belum dimulai dan kurang lebih 30 menit kemudian kami baru diijinkan masuk ke kompleks percetakan ini.

Di bagian depan terdapat sebuah perpustakaan sekaligus tempat pembelian Mushaf Al-Qur’an langsung dari percetakan ini dan juga tempat menunggu bagi Jama’ah Perempuan. Jama’ah Perempuan tidak dizinkan untuk masuk ke tempat percetakan demi menjaga kesucian mushaf-mushaf Al-Qur’an yang dicetak karena ditakutkan akan ada Jama’ah Perempuan yang mengalami menstruasi, dan dengan alasan ini pula semua pegawai dari percetakan ini adalah laki-laki. Bagi Jama’ah laki-laki diarahkan ke sebuah lorong yang menuju ke lantai 2, dimana dilantai tersebut terdapat koleksi berbagai versi cetakan Al-Qur’an dengan terjemahan berbagai bahasa dan tempat untuk melihat proses percetakan secara langsung yang terjadi di lantai 1. Di percetakan ini Al-Qur’an sudah di terjemahkan kedalam 53 bahasa dan 1 bahasa isyarat yang diantaranya adalah Afrika, Arab, Asia termasuk Indonesia, Inggris, Spanyol, Urdu, dan lainnya. Al-Qur’an model terjemahan ini setiap tahunnya akan dibagikan secara gratis kepada seluruh Jama’ah Haji sesuai dengan asal negara masing-masing yang biasanya diberikan di Bandara sewaktu akan meninggalkan Saudi Arabia. Sedangkan untuk Jama’ah Umroh yang berkunjung ke percetakan ini akan diberi kenang-kenangan berupa Mushaf Al-Qur’an dengan tanda khusus dan stempel “Not for Sale”.

Al-Qur’an adalah kitab samawi terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang ditulis pada mushaf-mushaf dan disampaikan dengan mutawatir serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah.

Beberapa keistimewaan Al-Qur’an adalah :

Al-Qur’an membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan mengandung ringkasan ajaran dari kitab-kitab tersebut, Allah SWT berfirman : Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan benar dan membenarkan kitab sebelumnya dan mengawasinya (Q.S Al-Maaidah : 48)

Al-Qur’an merupakan Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman : Kitab ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (Q.S Al-Baqarah : 2).

Al-Qur’an berisi Obat dan Rahmat bagi orang-orang Mu’min. Allah SWt berfirman : Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi obat dan Rahmat bagi orang – orang yang beriman (Q.S Al-Israa : 82)

Kemurnian Al-Qur’an tetap terpelihara sepanjang masa, Allah SWT berfirman : Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kitab yang mulia. Kebathilan tidak akan masuk, baik dari depan maupun belakang. Al-Qur’an diturunkan dari yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji (Q.S Fushshilat : 41-42)

Diantara nama lain yang merujuk kepada Al-Qur’an sebagaimana yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an, adalah :

Al-Kitab yang berarti Kitab (Q.S. Al-Baqoroh :2 ), Al-Furqon yang berarti Pembeda (Q.S Al-Furqon : 1), Al-Dzikr yang berarti Pengingat (Q.S Al-Hijr : 9), Al-Mauidloh yang berarti Pelajaran (Q.S Yunus : 57), Al-Hukm yang berarti Peraturan (Q.S AR-Ra’d : 37), Al-Hikmah yang berarti Kebijaksanaan (Q.S Al-Israa : 39), Asy-Syifa yang berarti Obat (Q.S Al-Israa : 82), Al-Huda yang berarti Petunjuk (Q.S At-Taubah : 33), At-Tanzil yang berarti Yang Diturunkan (Q.S Asy-Syuara’ : 192), Ar-Rahmat yang berarti Karunia (Q.S An-Naml : 77), Ar-Ruh yang berarti Ruh (Q.S Asy-Syuara : 52), Al-Bayan yang berarti Penerang (Q.S Ali-Imran: 138), Al-Kalam yang berarti Firman (Q.S At-Taubah : 6), Al-Busyra yang berarti Kabar Gembira (Q.S An-Nahl:102), An-Nur yang berarti Cahaya (Q.S An-Nisaa :174), Al-Basha’ir yang berarti Pedoman (Q.S Al-Jatsiyah : 20), Al-Balagh yang berarti Kabar (Q.S Ibrahim : 52), Al-Qaul yang berarti Ucapan (Al-Qashash : 51),


Pembukuan Mushaf AI Qur'an

Pada periode pertama sejarah pembukuan Al-Qur'an dapat dikatakan bahwa setiap ayat yang diturunkan kepada Rasulullah selain beliau hafal sendiri juga dihafal dan dicatat oleh para sahabat. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an : "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai,) membacanya"(Q.S Al-Qiyamah : 17). Selanjutnya setiap ayat Al-Qur’an yang turun oleh para sahabat langsung dicatat pada pelepah kurma, kulit dan tulang binatang.

Pada waktu pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, atas usul dari Umar bin Khattab, terjadi penulisan Mushaf Al-Qur'an oleh Zaid bin Tsabit. Pekerjaan ini dilakukan setelah timbul kekhawatiran akan hilangnya sebagian Al-Qur'an setelah terjadi perang Yamamah melawan Musailamah Al-Kadzzab yang mengakibatkan meninggalnya 70 orang penghafal Al-Qur’an.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab tidak terjadi penulisan Mushaf A1-Qur'an, karena pada masa itu pemerintahan menitik beratkan pada penyiaran agama Islam.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan terjadi penulisan kembali Mushaf Al-Qur'an untuk menghindari perbedaan qira'at dikalangan kaum muslimin mengingat semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam atas berbagai daerah. Adalah Hudzaifah ibnu Yaman yang mengusulkan agar segera diambil kebijaksanaan untuk mengatasi perbedaan dialek tersebut, sebelum terjadi pertengkaran tentang kitab suci Al Qur'an seperti yang terjadi pada orang Yahudi dan Nasrani tentang Taurat dan Injil. Atas usul itu Khalifah Usman memerintahkan kembali Zaid bin Tsabit dan anggotannya (Abdullah bin Zubair, Said ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits) untuk menyalin kembali dan memperbanyak mushaf yang tersimpan di rumah Hafsah binti Abu Bakar. Setelah selesai, Khalifah Usman mengembalikan mushaf yang asli kepada Hafsah dan yang lainnya dikirim ke Mekah, Kuffah, Basrah dan Suriah, serta dipegang oleh Khalifah Usman bin Affan sendiri. Sejak saat itu mushaf Al Qur'an tersebut dinamai Mushaf Al-Imam atau lebih dikenal dengan Mushaf Usmani yang disalin hingga sampai sekarang, termasuk yang juga di cetak di Percetakan Malik Fahd.

Setelah cukup lama melihat-lihat lokasi percetakan dan koleksi berbagai versi Al-Quran serta sempat berfoto bersama dengan Jama’ah dari Negara lain, saya berjalan menuju pintu keluar. Tepat di pintu keluar saya diberi kenang-kenangan berupa Mushaf Al-Qur’an asli cetakan dari Percetakan Malik Fahd ini dengan tanda keaslian berupa 3 stempel dibagian belakang Mushaf yang bernomor 46, 187 dan 1046. Setelah semua berkumpul di lobi percetakan kami berjalan bersama menuju bis untuk kembali ke Hotel dan melanjutkan ibadah mandiri sebagaimana hari hari sebelumnya serta melakukan persiapan untuk pelaksanaan ibadah Umroh yang IsyaAllah akan dilaksanakan besok. Didalam perjalanan pulang ke Hotel, Mas Bahar yang putra Madura ini bercerita jika kompleks percetakan Al-Qur’an tersebut adalah Mahar dari Raja Abdullah ketika menyunting salah satu putri Imam Besar Masjid Nabawi. Setelah mendengar cerita Mas Bahar tersebut, terbesit dalam hati bahwa Al-Qur’an yang saya dapat dari percetakan Al-Qur’an Malik Fahd ini akan saya jadikan juga Mahar untuk mempersunting calon istri saya suatu saat nanti, semoga Allah mengabulkannya, Amin Ya Robbal ‘Alamiiin.
Selengkapnya...

JABAL UHUD

Sesuai dengan namanya Uhud yang berarti Tunggal, bukit kemerahan ini jika dilihat dari jauh akan tampak terpisah dari jalur perbukitan di Madinah yang umumnya saling sambung menyambung. Tempat yang terletak kurang lebih 5 km dari Madinah ini, selain sebagai tempat yang bersejarah bagi umat islam juga merupakan salah satu tempat yang akan kembali ke surga karena cintanya kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda beliau : Jabal ini mencintai kita dan kita mencintainya (H.R Bukhari Muslim). Tempat ini merupakan salah satu tempat yang sering diziarahi oler Nabi Muhammad SAW, pernah dikisahkan suatu ketika Nabi beserta Abu Bakar, Umar dan Usman mendaki Jabal Uhud yang kemudian tiba-tiba bergetar karena begitu senangnya didaki oelh Rasulullah, kemudian Nabi menyeru kepada Jabal Uhud : Tenanglah wahai Jabal Uhud karena diatasmu terdapat Nabi, Shiddiq dan dua orang yang akan mati Syahid (H.R Bukhari).

Dibawah terik matahari yang begitu menyengat kami turun dari bus menuju ke pelataran bukit uhud yang memerah. Begitu menginjakkan kaki di bumi uhud terbayang apa yang sudah disaksikan oleh bukit uhud beratus-ratus tahun yang lalu, yaitu ‘Perang Uhud’. Perang ini salah satu perang yang cukup penting dalam sejarah islam sekaligus memilukan, dimana karena ulah beberapa sahabat munafik dan sahabat yang tidak taat atas perintah Nabi, umat islam mengalami kekalahan. Perang uhud terjadi pada bulan syawal tahun 3H dimana tentara islam berjumlah 700 orang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir Quraish dipimpin oleh Abu Sufyan dengan jumlah tentara sebanyak 3000 orang. Pada awalnya pasukan muslim berjumlah 1000 orang tapi ditengah perjalanan 300 orang munafik dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul meninggalkan pasukan dan kembali ke Madinah. Untuk mengatasi kekurangan ini Rasulullah menempatkan 50 orang pemanah dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair diatas bukit Ainain yang bertujuan untuk melindungi pasukan muslim dari pasukan Quraish yang memutar dan memukul dari belakang. Pada mulanya tentara muslim dapat memenangkan pertempuran ini tapi karena pasukan pemanah tertarik akan harta rantasan perang, mereka meninggalkan pos masing-masing tanpa memperdulikan perintah Nabi Muhammad SAW, maka pasukan kafir Quraish dibawah pimpinan Khalid bin Walid dapat memukul pasukan muslim dari belakang dan menyebabkan kaum muslim mengalami kekalahan dan menyebabkan 70 orang sahabat mati syahid. Setelah perang usai Rasulullah SAW memerintahkan untuk memakamkan para syuhada tersebut ditempat dimana mereka meninggal, yang diantaranya adalah :

Hamzah bin Abdul Muthallib : Paman sekaligus saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW yang bergelar Asadullah (singa Allah) dan Sayyidus Syuhada ini gugur ditangan Wahsy Al-Habsy sebagai tebusan kebebasannya dari Jubair bin Muth’im. Setelah Hamzah bin Abdul Muthallib gugur, Hindun bin Uthbah yang Ayah dan saudaranya mati ditangan Hamzah bin Abdul Muthallib sewaktu perang Badar membelah perutnya, mengeluarkan hatinya lalu mengunyahnya dan kemudian dimuntahkannya kembali. Ketika Rasulullah menyaksikan jasad tersebut beliau menitikkan airmata dan menarik napas dalam-dalam sambil berucap : ‘Semoga Allah merahmatimu wahai Paman, padahal dulu engkau orang yang menyambung tali silaturrahmi dan banyak melakukan kebajikan’.

Abdullah bin Jahsy : Sepupu Nabi yang pernah menjadi panglima perang pertama umat islam ketika ekspedisi Mekah ini gugur ditangan Abul Hakam Al-Akhnas bin Syariq. Sebelum berangkat perang, Abdullah bin Jahsy berdo’a kepada Allah SWT agar dipertemukan dengan musuh yang bisa menyebabkannya mati syahid lalu musuh tersebut memotong hidung dan telinganya agar bisa dijadikan sebagai bukti dalam membela agama Allah dan Rasul-Nya dan do’a ini terkabul. Abdullah bin Jahsy syahid dalam usia 40 tahun dan dimakamkan satu liang lahat dengan Hamzah bin Abdul Muthallib.

Mus’ab bin Umair : Pemuda yang rela meninggalkan kemewahan keluarganya demi islam ini pernah menjadi duta islam yang pertama, yaitu ke Yastrib untuk mempersiapkan kota tersebut sebagai tempat hijrah Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabat beliau. Mus’ab bin Umair ditugaskan sebagai pembawa bendera pasukan Muslim dan gugur ditangan Ibnu Qami’ah dengan tangan kanan dan kirinya terputus demi mempertahankan bendera tersebut. Ketika akan dimakamkan tidak cukup kain untuk mengkafani Mush’ab bin Umair sehingga jika ditutup kepalanya akan terlihat kakinya dan jika ditutup kakinya akan terlihat kepalanya. Maka Rasulullah SAW menyuruh untuk menutupi kepalanya dengan kain dan kakinya dengan dedaunan.

Hanzalah bin Abu Amir : Sang Mempelai Langit, ketika perang Uhud berlangsung Hanzalah dalam keadaan sebagai pengantin baru. Ketika perang berlangsung Hanzalah berhasil menebas kaki kuda Abu Sufyan sehingga tersungkur, kemudian datang Syidad bin Al-Asawad untuk membantu Abu Sufyan sehingga mereka berhasil membunuh Hanzalah yang dalam perang Badar berhasil membunuh Hanzalah bin Abu Sufyan. Ketika akan dimakamkan istri Hanzalah berkata bahwa ketika berangkat perang, Hanzalah masih dalam keadaan Junub, kemudian Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh aku melihat para Malaikat memandikan jasad Hanzalah bin Abu Amir diantara langit dan bumi dengan air awan didalam piring dari perak”

Amr bin Tsabit : Awalnya adalah salah satu punggawa Kafir Quraish, tapi sesaat sebelum peperangan mendapat hidayah dan berperang di pihak Islam sampai gugur. Amr bin Tsabit dikenal sebagai ahli surga yang belum pernah mendirikan sholat sekalipun.

Begitu kami sampai didepan makam uhud, Mas Bahar sebagai pemandu memimpin kami mendo’akan para syuhada’ uhud khususnya Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib. Di area makam yang dikelilingi oleh pagar tersebut hanya ada dua Nisan yaitu Nisan Hamzah bin Abdul Muthallib dan Nisan Mush’ab bin Umair. Diceritakan bahwa area pemakaman uhud pernah dilanda banjir besar yang menyebabkan jasad syuhada’ uhud muncul hingga ke permukaan. Atas kekuasaan Allah SWT, semua jasad Syuhada uhud tersebut tetap utuh seperti sediakala dan mengeluarkan bau wangi kasturi bahkan masih mengeluarkan darah. Setelah diidentifikasi hanya ada dua jasad yang dikenali yaitu jasad Hamzah bin Abdul Muthallib dari perut yang terbelah dan Mush’ab bin Umair dari tangan yang terpotong, maka dua jasad itulah yang diberi Nisan sampai sekarang. Setelah berdo’a saya sempatkan naik ke bukit Ainain untuk mengamati daerah uhud dari puncak bukit tersebut dan tak lupa juga untuk mengambil beberapa foto. Setelah cukup berziarah di jabal Uhud kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan kami selanjutnya yaitu Percetakan Al-Qur’anul Karim.
Selengkapnya...

Sunday, January 9, 2011

KEBUN KURMA

Sekitar pukul 08:30 waktu setempat kami tiba disalah satu kebun kurma yang menjadi tujuan kami. Begitu turun dari bus sejauh mata memandang hanya ada pohon kurma berjajar-jajar yang jika dilihat dari jauh tak ubahnya laksana kebun kelapa sawit. Sebagian dari pohon-pohon tersebut sudah berbuah dan siap untuk panen. Buah kurma yang siap panen dibungkus dengan kasa dengan tujuan agar buah kurma tersebut tidak jatuh sebelum waktunya yang biasanya disebabkan oleh angin. Kurma adalah sejenis tumbuhan palem yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan Phonex Dactylifer yang buahnya bisa dimakan saat masih muda maupun sudah matang. Berdasar penelitian buah kurma mengandung protein, serat gula, vitamin A dan C serta berbagai mineral seperti zat besi, kalium, sodium dan potassium.

Beberapa kelebihan buah kurma adalah :

Buah kurma adalah salah satu buah yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu Surat Maryam : 25. Allah SWT berfirman : “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, maka pohon itu akan menggugurkan buah yang masak kepadamu, maka makan serta minumlah dan bersenang hatilah kamu” . Ayat ini mengisahkan ketika Siti Maryam akan melahirkan Nabi Isa A.S dibawah salah satu pohon kurma, lalu Malaikat Jibril datang dan menyuruh Siti Maryam menggoyang pohon kurma tersebut, maka berjatuhanlah buah yang sudah matang. Dan Siti Maryam pun memakannya dan atas izin Allah SWT proses kelahiran Nabi Isa A.S menjadi mudah. Berdasarkan Firman Allah SWT ini dan berbagai Hadist Nabi Muhammad SAW, diketahui kurma sangat berkhasiat bagi wanita yang sedang hamil, melahirkan dan setelah melahirkan (nifas).

Dapat mencerdaskan otak, Nabi Muhammad SAW bersabda : Berilah makan buah kurma kepada istri-istri kamu yang sedang hamil, karena sekiranya wanita hamil itu memakan buah kurma, niscaya anak yang akan lahir akan menjadi anak yang penyabar, bersopan santun serta cerdas (H.R. Bukhari)

Sangat bermanfaat bagi orang yang berpuasa untuk mengembalikan stamina setelah berpuasa seharian, Nabi bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu puasa, hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada hendaklah berbuka dengan air, sesungguhnya air itu bersih (H.R. Ahmad dan Tarmidzi)


Ada berbagai macam jenis kurma di Madinah, tapi setidaknya ada dua jenis kurma yang begitu terkenal dan istimewa di Madinah, yaitu :

Kurma AJWA : Kurma hitam pekat dan berbentuk bulat dengan rasa super manis dan lembut ini adalah salah satu jenis kurma istimewa yang dapat mencegah berbagai penyakit, Nabi bersabda : Siappun yang pagi-pagi makan tujuh buah kurma ajwa, maka pada hari itu dia tidak mudah keracunan dan terserang penyakit (H.R. Bukhari Muslim). Berdasarkan riwayat kurma ajwa adalah kurma ditanam oleh Nabi Muhammad SAW sendiri dan sering pula digunakan oleh Nabi untuk berbuka. Nama ‘Ajwa’ diambil dari nama anak Salman Al-Farisi sebagai penghargaan karena telah mewakafkan lahan kurmanya untuk perjuangan islam.

Kurma ANBAR : Sesuai dengan namanya 'ANBAR = PAUS', kurma ini berukuran lebih besar dari kurma lainnya, jika dibandingkan dengan kurma Ajwa bisa 2 kali lebih besar. Kurma ini berwarna merah pekat kekuningan dengan bentuk bulat lonjong yang terasa manis dan lembut di lidah. Kurma jenis ini adalah satu dari jenis kurma yang berharga cukup mahal dan menjadi kurma khas Madinah.


Dibagian depan kebun kurma tersebut terdapat sebuah toko yang sebagian penjaganya adalah orang-orang Indonesia sehingga memudahkan untuk komuniasi. Ditoko ini menjual berbagai macam kurma mulai dari yang muda sampai yang sudah menjadi makanan olahan, disamping itu tersedia juga berbagai macam makanan khas Arab yang siap jadi oleh-oleh bagi jama’ah. Setelah cukup puas melihat-lihat dan berbincang-bincang dengan penjaga toko saya membeli oleh-oleh berupa KURMA AJWA, KURMA ANBAR, PERMEN KURMA dan HATI UNTA. Hati unta ini dijual dengan bentuk irisan tipis berbentuk persegi yang sudah dikeringkan dan dikemas dalam plastik. Karena unta adalah hewan yang sangat kuat bernafas dalam lingkungan yang berpadang pasir dan berdebu maka dipercaya jika mengkonsumsi hati unta dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan khususnya Asma, Wallahu ‘Alam bi Showab. Setelah semua sudah cukup kami kembali ke bus untuk melanjutkan ziarah selanjutnya, yaitu JABAL UHUD.
Selengkapnya...

Monday, January 3, 2011

MASJID QUBA'

Begitu semua rombongan sudah berkumpul di lobi Hotel, kami bersama-sama menuju Bis untuk melaksanakan Ziarah luar dengan tujuan pertama Masjid Quba’. Kamipun sampai di Masjid Quba setelah sekitar setengah jam perjalanan. Masjid Quba’ adalah Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW diatas tanah Bani Amr bin Auf sewaktu beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah. Masjid ini diabadikan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah : 108, Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Masjid itu yang didirikan atas dasar Takwa sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu bersembahyang didalamnya. Didalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri . . .”. Masjid ini mengalami beberapa kali renovasi sehingga saat ini memiliki beberapa menara yang cukup tinggi dan mampu menampung setidaknya 20 ribu jama’ah.
Salah satu keutamaan Masjid Quba adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “Sekali Sholat di Masjid Quba’ sama dengan satu kali Umroh” (HR. Turmudzi). Dahulu Nabi Muhammad SAW sering sholat Dhuha di masjid ini.

Begitu sampai di Masjid Quba’ saya mengambil Wudlu kemudian masuk ke dalam Masjid untuk melaksanakan sholat Dhuha. Didalam Masjid banyak jama’ah yang antri untuk bisa sholat Dhuha di Mihrob Masjid yang katanya dulu tempat Nabi Muhammad SAW sholat Dhuha di Masjid ini. Alhamdulillah, setelah menunggu beberapa saat akhirnya saya bisa masuk ke Mihrob Masjid Quba’ untuk menunaikan sholat Dhuha. Ada rasa keharuan yang sangat begitu kaki saya mulai memasuki Mihrob Masjid dilanjutkan dengan Sholat Dhuha dan di tutup panjatan-panjatan do’a dengan harapan terkabulnya do’a-do'a tersebut, Amien. Sehabis sholat Dhuha saya kembali bergabung dengan rombongan menuju bus untuk melanjutkan ziarah selanjutnya yaitu Kebun Kurma.

Selama perjalanan ziarah kali ini, kami juga melewati beberapa masjid bersejarah di Madinah yang diantaranya adalah :

Masjid Qiblatain : Masjid yang awalnya bernama Masjid Bani Salamah ini awalnya berkiblat ke Baitul Maqdis tapi setelah turun Wahyu Allah dalam surat Al-Baqoroh : 144, arah kiblatnya dipindah ke Masjidil Haram Mekkah. Setelah peristiwa ini nama masjid tersebut dikenal dengan Masjid Qiblatain.

Masjid Jumu’ah : Masjid dimana Nabi pertama kali menerima perintah Sholat Jum’ah dan memimpin sholat Jum’ah pertama kali

Masjid Sab’ah : Tujuh buah Masjid yang dibangun di lokasi yang menjadi tempat pertahanan para sahabat sewaktu perang Khandaq untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa mereka. Ketujuh Masjid tersebut adalah Masjid Salman, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, Masjid Usman, Masjid Ali, Masjid Fatimah, dan Masjid Fatah. Dari ketujuh masjid ini, Masjid Fatah memiliki peran sangat mulia. Sebab, di masjid inilah Nabi SAW memimpin kaum Muslimin dalam menghadapi pasukan Quraisy dan di lokasi ini pula Nabi berdoa selama tiga hari berturut-turut hingga Allah mengabulkan doa beliau untuk membantu pasukan kaum Muslimin. Dan Allah mengirimkan tentara Malaikat yang tak terlihat untuk memporakporandakan pasukan Quraisy

Masjid Ghamama : Di zaman Nabi Muhammad SAW, tempat ini adalah lapangan terbuka yang sering digunakan untuk Sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Di tempat ini pula Nabi Muhammad SAW pernah memimpin sholat meminta hujan dan terkabul yang ditandai dengan datangnya awan hujan, maka Masjid ini dinamai Masjid Ghamama (Masjid Awan)
Selengkapnya...

100 Real for Palestine, Please !

Ada Pengalaman yang sedikit mengejutkan ketika perjalanan pulang dari ziarah Makam Baqi' menuju hotel dimana kami menginap. Yaitu ketika saya baru saja sedang asyik memperhatikan alat berat yang biasa digunakan untuk pemeliharaan payung pelataran Masjid Nabawi, kami didatangi oleh satu keluarga Suami Istri dan anak kecil perempuan dalam kereta dorong yang berpakaian kumal.

Kurang lebih berikut percakapan yang terjadi diantara saya dan keluarga Palestina tersebut :

Can you speak in English ? ya
Do you from Indonesia ? ya
I come from Palestine, My country was destroyed by Israel
Plesae help us for our country
give us one hundred real for Palestine

Saya pun mengeluarkan 10 real untuk saya berikan, tapi saya terkejut karena mereka menolak dan meminta 100 real.

Please Mister, 100 Real for Palestine, Please !
please help me !


Karena saya pikir ini berlebihan saya berniat meninggalkan mereka, tapi tangan saya terus dipegangi sambil terus berucap:

“Please Mister, One Hundred Real for Palestine, Please !”

saya lihat anak mereka hampir menangis melihat kejadian ini. Akhirnya dengan ber-Khusnudlon semoga saja mereka ini memang penduduk Palestina yang sedang mencari dana untuk perjuangan Bangsa mereka dan berusaha untuk Lillahi ta’ala, saya pun menyerahkan 100 real kepada mereka begitu juga dengan Pak Ridwan. Setelah kami memberi masing-masing 100 real mereka mengucapkan terima kasih dan berdo’a untuk kami. Selepas itu kami melanjutkan perjalanan ke Hotel untuk mempersiapkan agenda ziarah hari ini yaitu Ziarah Luar, yang diantara tujuannya adalah Masjid Quba’, Kebun Kurma, Jabal Uhud dan Percetakan Al-Qur’an.
Selengkapnya...

BAQI' AL-GHARQAD

Sebagaimana hari yang lalu, sekitar pukul 02:30 dini hari kami bangun, mandi dan sahur bersama untuk puasa Ramadhan hari yang ke-6. Kemudian dilanjutkan dengan berangkat ke Masjid Nabawi, masuk ke Roudloh untuk Sholat Tahajjud, Sholat Hajad, Sholat Witir dan berdo'a. Setelah itu kembali saya berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A dan Sayyidina Umar bin Khottob R.A. Sambil menunggu waktu sholat Shubuh saya membaca Al-Qur'an disalah satu sudut Masdjid Nabawi. Beberapa saat kemudian Sholat Shubuh dan Sholat Jenazah berjama'ah dilaksanakan. Handphone berdering sesaat saya akan membuka Al-Qur’an untuk kembali melanjutkan menghatamkannya. Ternyata teman sekamar saya di Hotel, Pak Ridwan sudah menunggu saya di pintu gerbang Makam Baqi’ untuk ziarah bersama-sama ke Makam tersebut.

Melalui pelataran kiri Masjid, saya menemui Pak Ridwan yang sudah menunggu di Gerbang Makam Baqi’, kami pun masuk bersama-sama dengan jama’ah yang lain. Makam Baqi’ adalah Makam luas yang dikeleilingi tembok marmer disebelah timur Masjid Nabawi yang diperuntukan bagi penduduk Madinah dan juga termasuk Jama’ah haji yang meninggal di Madinah.Nama Baqi‘ diambil dari nama akar tetumbuhan yang tumbuh di makam itu. Sedangkan Al-Gharqad adalah sejenis pohon berduri yang juga banyak terdapat di makam itu. Nabi Muhammad sering mengunjungi makam itu, beliau juga pernah menyatakan : "Barang siapa berpulang di Madinah dan dikebumikan di makan itu, beliau akan memberi syafaat kepadanya". Semenjak dibawah pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia yang bermadzab Wahabi, Makam di Baqi’ hanya ditandai dengan batu yang tidak bernama dan tidak bertanda dan terkesan tidak terawat sebagai nisannya, sehingga kita tidak tahu siapa yang dimakamkan di tempat tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan makam yang ada di Indonesia, dimana setidaknya ada nama pada batu nisannya, lebih-lebih jika makam-makam orang tertentu akan diberi tanda khusus semisal pagar, cungkup dan lain sebagainya.

Di Makam ini dimakamkan diantaranya :

Istri-istri Nabi : Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, Saudah binti Zam‘ah, Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah binti Abu Umayyah, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Shafiyyah binti Huyai dan Mariyah Al-Qibtiyah

Putra putri Nabi : Siti Fatimah Az-Zahroh, Qosim, Abdullah, Ibrahim, Ruqoyyah, Zainab, Ummi Kaltsum

Cucu-Cucu Nabi : Imam Hasan bin Ali, Imam Ali bin Husayn, Imam Muhammad Al_Baqir, dan Imam Ja’far al-Sadiq

Keluarga Nabi : Abbas bin Abdullah (Paman Nabi), Halimatus Sa’diyah (Ibu susuan nabi), Shafia, Atikah

Sahabat-sahabat Nabi : Usman bin Affan, Saad bin Abi Waqqosh, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, dan sahabat-sahabat beliau lainnya

Imam Madzhab : Imam Malik bin Anas


Dibagian depan makam terdapat papan pengumuman besar dalam tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) tentang petunjuk Nabi Muhammad SAW dalam berziarah. Yang diantaranya berisikan : ziarah kubur dapat mengingatkan kepada akhirat, ucapan salam kepada ahli kubur, larangan duduk diatas kuburan, larangan sholat menghadap kuburan, larangan berdo’a kepada ahli kubur dan meminta manfa’at kepadanya, perintah agar memohon dan meminta hanya kepada Allah SWT. Diakhir pengumuman disertakan do’a kepada ahli kubur Baqi’ yang berbunyi : “Mudah-mudahan sejahtera atas kamu hai penghuni kaum yang beriman. Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok itu, pasti akan datang kepadamu, dan kami InsyaAllah akan menyusulmu. Ya Allah ampunilah ahli Baqi’ Al-Gharqad”

Selama saya menyusuri Makam tersebut saya teringat betapa makam ini pernah menjadi saksi terpecahnya kaum muslim di Madinah antara Bani Hasyim (Ahlul Bait) dan Bani Umayyah di berbagai masa (selengkapnya : http://poestaka-ku.blogspot.com ). Setidaknya ada dua area khusus yang terpisah dengan makam-makam lainnya tapi tetap hanya dengan nisan batu yang tak bernama dan tak bertanda (mungkinkan ini Makam Sayyidina Usman dan Makam Sayyidina Hasan R.A ?, Wallahu A’lam). Setelah menyusuri berbagai sudut makam dan mengucapkan Salam kepada ahli kubur Baqi’ khususnya kepada Sayyidina Usman bin Affan R.A, Sayyidina Hasan bin Ali R.A, Siti Aisyah R.A dan Siti Fatimah Az-Zahroh kami keluar menuju Pelataran Masjid Nabawi. Begitu keluar Makam ada sedikit pemandangan aneh disekitar pelataran kiri Masjid Nabawi, yaitu banyaknya jama’ah perempuan yang berpakaian hitam bergerombol dibeberapa tempat. Menurut Pak Ridwan Jama’ah tersebut adalah jama’ah syi’ah yang sedang berziarah ke Makam Baqi’, sebagai salah satu makam utama kaum syi’ah dimana, di tempat ini dimakamkan beberapa generasi Ahlul Bait yang juga sebagai Imam Syi’ah.
Selengkapnya...